Cerita Bahasa Inggris Batu Menangis + Terjemahan
Cerita Bahasa Inggris Pernah dengar tidak sobat, di daerah Kalimantan, tepatnya di Provinsi Kalimantan Barat pernah ditemukan sebuah batu yang bisa mengeluarkan air mata, batu menangis. Dari cerita yang berkembang di masyarakat sekitar, dulunya ada seorang gadis karena durhaka kepada orangtuanya sehingga dikutuk jadi batu. Gadis yang menyesali perbuatannya tersebut terus menangis walaupun sudah dikutuk jadi batu. Nah, pada kesempatan kali ini akan mencoba menghadirkan Cerita Rakyat Bahasa Inggris tentang Batu Menangis beserta terjemahannya. Jadikan cerita rakyat bahasa Inggris di bawah ini sebagai media sobat untuk belajar bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
Batu Menangis
Once upon a time, there was an old widow who lived in a small house on the top of a hill with her beautiful daughter. The old widow is so poor that she must work hard every day. She collected dry woods in the jungle and sold them in the market once a week. She wanted to make her daughter happy so she worked harder and harder every single day.
The girl, the old widow’s daughter, was surely beautiful. Every man could easily fall in love if they saw her face. Unfortunately she had a very bad attitude. The girl was very lazy and never helped her mother. Every day she just primped and looked at the mirror to admire her own beauty. She was also spoiled girl. All of his requests must be obeyed even though her mother was poor old lady.
Like usual, in every week end, the old widow went down to the market to sell dry woods. This time, her daughter wanted to go with her too. She wanted to buy new clothes. The old widow was happy to see her own daughter went with her together to the market. The old widow also planned to use the money she got from selling the wood to buy new clothes for her daughter. She was truly wanted to see her daughter happy.
The market was so far from their house. They should walk down the hill and pass a village. The girl wore nice clothes and dress up so the people who saw her will be admiring her beauty. In contrary, her mother wore dirty clothes with a basket full of dry wood on her back. She wanted that her mother to walk behind her so that people would think that she was not her mother. The girl cannot accept if people in the village know that the old widow was her mother. Indeed, none know that the girl and the old widow were mother and daughter because they lived alone on the top of hill.
When they began to enter the village, all the people who passed by were looking at them. They were so fascinated by the beauty of the girl. They could not resist to look at her beautiful face. However, when people saw an old lady who walked behind her, it was so contrastive. It made people to wonder who the old dirty lady behind her was. Among those who saw it, a young man approached and asked her, "Hey, pretty girl. Is that your mother behind you? "
"No," the girl said arrogantly. "She is my servant!"
The old lady could understand why her own daughter said so. She only blamed herself that she could not be the mother that her daughter wanted. The old lady only kept silent and continued the journey. Not far away from there, a young man approached again and asked the girl the same question.
"Hi sweetheart. Is it your mother who walks behind you? "
Again the girl rejected the fact by saying no the old widow was her mother. "No, no, she is not my mother," said the girl. "She is my slave!"
The same questions continued repeatedly several times. And the girl always answered the questions by telling that the old widow was not her mother. The first, second, and the third ones, the old widow could accept it. However when it went along several times, it made the old widow sad. It hurt the old lady so much that her own daughter did not admit that she was her mother. The silent turned to sadness. The sadness turned to madness. And when a mother was mad, a bad thing would follow. Finally, the poor old widow cannot resist anymore. The old widow prayed to the God to punish her rebellious daughter.
"Oh my God, I was not able to resist this insult. How come my own daughter treat her own mother like this. Yes, God punish this rebellious child! Punish her.... "
On the power of God Almighty, slowly her body was turned to stone. The change starts from the feet. When the change has reached half of the body, the girl was crying asking forgiveness to her mother.
"Oh, my mother, please forgive me. Forgive what I have done to you. Please, mother. I will change, mother. Please forgive your daughter, your only daughter," cry the girl.
The girl continued to wail and cry pleading with his mother. However, everything was too late. The whole body of the girl was eventually turned into stone. Even when she turned into stone, people still can see the tears. The stone cries. Therefore, people begin to call it "Crying Stone or Batu Menangis".
Terjemahan:
Batu Menangis
Suatu ketika, tersebutlah seorang janda tua yang tinggal di sebuah rumah kecil di atas bukit bersama dengan anak perempuannya yang cantik. Si janda tua tersebut sangatlah miskin sehingga dia harus bekerja keras setiap hari. Dia mengumpulkan kayu kering di hutan dan menjualnya di pasar seminggu sekali. Dia sangat ingin melihat anaknya perempuannya bahagia untuk itu dia bekerja lebih keras dan lebih keras setiap hari.
Si gadis, anak perempuan si janda tua, adalah gadis yang benar-benar cantik. Setiap lelaki dapat dengan mudah jatuh cinta jika mereka melihat wajahnya. Sayangnya dia memiliki sifat yang sangat buruk. Si gadis tersebut sangat malas dan tidak pernah mau membantu ibunya. Setiap hari kerjanya hanya bersolek diri dan bercermin untuk mengagumi kecantikannya sendiri. Dia juga anak yang sangat manja. Semua permintaanya harus dikabulkan meskipun ibunya adalah wanita tua yang miskin.
Seperti biasa, di setiap akhir pecan, si janda tua akan pergi ke pasar untuk untuk menjual kayu kering yang dia sudah kumpulkan. Kali ini, anak perempuanya ingin ikut pergi bersamanya juga. Dia ingin membli pakaian baru. Si janda tua sangat bahagia melihat anaknya ingin pergi bersama-sama dengannya ke pasar. Si janda tua juga berencana menggunakan uang yang dia terima dari hasil menjual kayu kering untuk membeli baju baru untuk anaknya. Dia benar-benar ingin melihat anak perempuannya bahagia.
Letak pasarnya sangat jauh dari rumah mereka. Meraka harus menuruni bukit dan melewati sebuah desa. Si gadis memakai baju yang sangat bagus dan juga berdandan supaya orang-orang yang melihatnya akan terpesona akan kecantikanya. Sebaliknya, ibunya hanya memakai baju lamga yang kotor dengan keranjang penuh kayu kering dipunggungnya. Dia ingin ibunya berjalan dibelakangnya sehingga orang-orang akan mengira bahwa dia bukan ibunya. Si gadis tidak bisa terima jika orang-oran di desa mengetahui bawah si janda tua tersebut adalah ibunya. Memang, tak seorang pun tahu bahwa si gadis dan si janda tua adalah anak dan ibu karena mereka tinggal sendiri di atas bukit.
Ketika mereka memasuki desa, semua orang yang lewat menatap mereka. Mereka begitu terpesonda akan kecantikan si gadis itu. Mereka tidak bisa menolak untuk tetap menatap wajahnya yang cantik. Namun, ketika orang-orang tersebut melihat wanita tua yang berjalan dibelakangnya, mereka merasa sangat berbeda. Hal itu membuat mereka bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita tua kontor dibelakangnya. Diantara orang-orang tersebu, seorang lelaki muda menghampirinya dan bertanya, “Hey, gadis cantik. Apakah itu ibu mu dibelakang mu?”
“Bukan,” si gadis berkata dengan angkuh. “Dia adalah pembantuku!”
Janda tua itu masih bisa memahami mengapa anak perempuanya berkata seperti itu. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena dia tidak bisa menjadi ibu seperti yang diinginkan anaknya. Si janda tua tersebut tetap diam dan melanjutkan perjalananya. Tidak jauh dari situ, pria muda yang lain mengampiri dan bertanya pada si gadis pertanyaan yang sama.
“Hi, sayang. Apakah dia adalah ibu mu?”
Lagi, si gadi itu menolak fakta dengan berkata tidak bawah si jada tua tersebut adalah ibunya. “Bukan, bukan, dia bukan ibu ku,” kata si gadis. “Dia adalah budak ku!”
Pertanyaan yang sama berlanjut berualng-ulang beberapa kali. Dan si gadis selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memberitahu bawah si janda tua tersebut bukanlah ibunya. Yang pertama, yang kedua, ya ketiga, si janda tua masih bisa menerimanya. Akan tetapi, ketika hal tersebut terus berlanjut, hal itu membuat si janda tua sedih. Apa yang dilakukan anaknya sangat menyakiti hati si janda tua tersebut dengan tidak mengakui bahwa dia adalah ibunya. Diam berganti kesedihan. Kesedihan berganti kemarahan. Dan ketika seorang ibu marah, hal buruk akan mengikuti. Akhirnya, si janda malang tersebut tidak dapat menahanya lagi.
“Ya Tuhan ku, hamba tidak kuta menahan hinaan ini lagi. Bagaiman mungkin anak hamba sendiri memperlakukan ibunya seperti itu. Ya, Tuhan tolong hukum anak durhaka ini! Hukumlah dia…”
Dengan kekuatan Tuhan yang kuasa, secara berlahan tubuhnya berubah menjadi batu. Perubahan tersebut dimulai dari kaki. Ketika perubahan tersebut mencapai setengah tubunya, si gadis tersebut menaing dan meminta ampunan pada ibunya.
“Oh, ibu ku, mohon ampunilah aku Ampuni apa yang telah aku berbuat pada mu. Ku mohon, ibu. Aku akan berubah, ibu. Ku mohon ampunilah anak mu ini, anak perempuan ibu satu-satunya,” tangis si gadis.
Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat ari matanya. Batu tersebut menaing. Oleh karena itu,orang-orang kemudian memenyebutnya “Batu Menangis”.
Semoga cerita rakyat bahasa inggris di atas tentang Batu Menangis bisa menjadi media sobat untuk belajar bahasa Inggris dan tentunya bermanfaat. Apabila ada suatu kesalahan baik berupa penulisan maupun isi, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. Terima kasih... ^^English is Fun^^
Lihat juga Cerita Rakyat Bahasa Inggris lainnya, di sini.
Batu Menangis
Once upon a time, there was an old widow who lived in a small house on the top of a hill with her beautiful daughter. The old widow is so poor that she must work hard every day. She collected dry woods in the jungle and sold them in the market once a week. She wanted to make her daughter happy so she worked harder and harder every single day.
The girl, the old widow’s daughter, was surely beautiful. Every man could easily fall in love if they saw her face. Unfortunately she had a very bad attitude. The girl was very lazy and never helped her mother. Every day she just primped and looked at the mirror to admire her own beauty. She was also spoiled girl. All of his requests must be obeyed even though her mother was poor old lady.
Like usual, in every week end, the old widow went down to the market to sell dry woods. This time, her daughter wanted to go with her too. She wanted to buy new clothes. The old widow was happy to see her own daughter went with her together to the market. The old widow also planned to use the money she got from selling the wood to buy new clothes for her daughter. She was truly wanted to see her daughter happy.
The market was so far from their house. They should walk down the hill and pass a village. The girl wore nice clothes and dress up so the people who saw her will be admiring her beauty. In contrary, her mother wore dirty clothes with a basket full of dry wood on her back. She wanted that her mother to walk behind her so that people would think that she was not her mother. The girl cannot accept if people in the village know that the old widow was her mother. Indeed, none know that the girl and the old widow were mother and daughter because they lived alone on the top of hill.
When they began to enter the village, all the people who passed by were looking at them. They were so fascinated by the beauty of the girl. They could not resist to look at her beautiful face. However, when people saw an old lady who walked behind her, it was so contrastive. It made people to wonder who the old dirty lady behind her was. Among those who saw it, a young man approached and asked her, "Hey, pretty girl. Is that your mother behind you? "
"No," the girl said arrogantly. "She is my servant!"
The old lady could understand why her own daughter said so. She only blamed herself that she could not be the mother that her daughter wanted. The old lady only kept silent and continued the journey. Not far away from there, a young man approached again and asked the girl the same question.
"Hi sweetheart. Is it your mother who walks behind you? "
Again the girl rejected the fact by saying no the old widow was her mother. "No, no, she is not my mother," said the girl. "She is my slave!"
The same questions continued repeatedly several times. And the girl always answered the questions by telling that the old widow was not her mother. The first, second, and the third ones, the old widow could accept it. However when it went along several times, it made the old widow sad. It hurt the old lady so much that her own daughter did not admit that she was her mother. The silent turned to sadness. The sadness turned to madness. And when a mother was mad, a bad thing would follow. Finally, the poor old widow cannot resist anymore. The old widow prayed to the God to punish her rebellious daughter.
"Oh my God, I was not able to resist this insult. How come my own daughter treat her own mother like this. Yes, God punish this rebellious child! Punish her.... "
On the power of God Almighty, slowly her body was turned to stone. The change starts from the feet. When the change has reached half of the body, the girl was crying asking forgiveness to her mother.
"Oh, my mother, please forgive me. Forgive what I have done to you. Please, mother. I will change, mother. Please forgive your daughter, your only daughter," cry the girl.
The girl continued to wail and cry pleading with his mother. However, everything was too late. The whole body of the girl was eventually turned into stone. Even when she turned into stone, people still can see the tears. The stone cries. Therefore, people begin to call it "Crying Stone or Batu Menangis".
Moral of the story: love and respect your mother as she does to you
Terjemahan:
Batu Menangis
Suatu ketika, tersebutlah seorang janda tua yang tinggal di sebuah rumah kecil di atas bukit bersama dengan anak perempuannya yang cantik. Si janda tua tersebut sangatlah miskin sehingga dia harus bekerja keras setiap hari. Dia mengumpulkan kayu kering di hutan dan menjualnya di pasar seminggu sekali. Dia sangat ingin melihat anaknya perempuannya bahagia untuk itu dia bekerja lebih keras dan lebih keras setiap hari.
Si gadis, anak perempuan si janda tua, adalah gadis yang benar-benar cantik. Setiap lelaki dapat dengan mudah jatuh cinta jika mereka melihat wajahnya. Sayangnya dia memiliki sifat yang sangat buruk. Si gadis tersebut sangat malas dan tidak pernah mau membantu ibunya. Setiap hari kerjanya hanya bersolek diri dan bercermin untuk mengagumi kecantikannya sendiri. Dia juga anak yang sangat manja. Semua permintaanya harus dikabulkan meskipun ibunya adalah wanita tua yang miskin.
Seperti biasa, di setiap akhir pecan, si janda tua akan pergi ke pasar untuk untuk menjual kayu kering yang dia sudah kumpulkan. Kali ini, anak perempuanya ingin ikut pergi bersamanya juga. Dia ingin membli pakaian baru. Si janda tua sangat bahagia melihat anaknya ingin pergi bersama-sama dengannya ke pasar. Si janda tua juga berencana menggunakan uang yang dia terima dari hasil menjual kayu kering untuk membeli baju baru untuk anaknya. Dia benar-benar ingin melihat anak perempuannya bahagia.
Letak pasarnya sangat jauh dari rumah mereka. Meraka harus menuruni bukit dan melewati sebuah desa. Si gadis memakai baju yang sangat bagus dan juga berdandan supaya orang-orang yang melihatnya akan terpesona akan kecantikanya. Sebaliknya, ibunya hanya memakai baju lamga yang kotor dengan keranjang penuh kayu kering dipunggungnya. Dia ingin ibunya berjalan dibelakangnya sehingga orang-orang akan mengira bahwa dia bukan ibunya. Si gadis tidak bisa terima jika orang-oran di desa mengetahui bawah si janda tua tersebut adalah ibunya. Memang, tak seorang pun tahu bahwa si gadis dan si janda tua adalah anak dan ibu karena mereka tinggal sendiri di atas bukit.
Ketika mereka memasuki desa, semua orang yang lewat menatap mereka. Mereka begitu terpesonda akan kecantikan si gadis itu. Mereka tidak bisa menolak untuk tetap menatap wajahnya yang cantik. Namun, ketika orang-orang tersebut melihat wanita tua yang berjalan dibelakangnya, mereka merasa sangat berbeda. Hal itu membuat mereka bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita tua kontor dibelakangnya. Diantara orang-orang tersebu, seorang lelaki muda menghampirinya dan bertanya, “Hey, gadis cantik. Apakah itu ibu mu dibelakang mu?”
“Bukan,” si gadis berkata dengan angkuh. “Dia adalah pembantuku!”
Janda tua itu masih bisa memahami mengapa anak perempuanya berkata seperti itu. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena dia tidak bisa menjadi ibu seperti yang diinginkan anaknya. Si janda tua tersebut tetap diam dan melanjutkan perjalananya. Tidak jauh dari situ, pria muda yang lain mengampiri dan bertanya pada si gadis pertanyaan yang sama.
“Hi, sayang. Apakah dia adalah ibu mu?”
Lagi, si gadi itu menolak fakta dengan berkata tidak bawah si jada tua tersebut adalah ibunya. “Bukan, bukan, dia bukan ibu ku,” kata si gadis. “Dia adalah budak ku!”
Pertanyaan yang sama berlanjut berualng-ulang beberapa kali. Dan si gadis selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memberitahu bawah si janda tua tersebut bukanlah ibunya. Yang pertama, yang kedua, ya ketiga, si janda tua masih bisa menerimanya. Akan tetapi, ketika hal tersebut terus berlanjut, hal itu membuat si janda tua sedih. Apa yang dilakukan anaknya sangat menyakiti hati si janda tua tersebut dengan tidak mengakui bahwa dia adalah ibunya. Diam berganti kesedihan. Kesedihan berganti kemarahan. Dan ketika seorang ibu marah, hal buruk akan mengikuti. Akhirnya, si janda malang tersebut tidak dapat menahanya lagi.
“Ya Tuhan ku, hamba tidak kuta menahan hinaan ini lagi. Bagaiman mungkin anak hamba sendiri memperlakukan ibunya seperti itu. Ya, Tuhan tolong hukum anak durhaka ini! Hukumlah dia…”
Dengan kekuatan Tuhan yang kuasa, secara berlahan tubuhnya berubah menjadi batu. Perubahan tersebut dimulai dari kaki. Ketika perubahan tersebut mencapai setengah tubunya, si gadis tersebut menaing dan meminta ampunan pada ibunya.
“Oh, ibu ku, mohon ampunilah aku Ampuni apa yang telah aku berbuat pada mu. Ku mohon, ibu. Aku akan berubah, ibu. Ku mohon ampunilah anak mu ini, anak perempuan ibu satu-satunya,” tangis si gadis.
Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat ari matanya. Batu tersebut menaing. Oleh karena itu,orang-orang kemudian memenyebutnya “Batu Menangis”.
Moral cerita: Sayangi dan hormati ibu mu seperti dia menyayangi dan menghormati mu.
Semoga cerita rakyat bahasa inggris di atas tentang Batu Menangis bisa menjadi media sobat untuk belajar bahasa Inggris dan tentunya bermanfaat. Apabila ada suatu kesalahan baik berupa penulisan maupun isi, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. Terima kasih... ^^English is Fun^^
Lihat juga Cerita Rakyat Bahasa Inggris lainnya, di sini.
0 Response to "Cerita Bahasa Inggris Batu Menangis + Terjemahan"
Post a Comment